Memimpin Itu [Tidak] Gampang
Liputan6.com, Jakarta: Kepemimpinan adalah seni mendapatkan seseorang berbuat sesuatu yang Anda inginkan lantaran dia memang ingin melakukannya. Demikian definisi kepemimpinan menurut pemikiran Dwight D. Eisenhower, presiden ke-34 Amerika Serikat sekaligus jenderal tentara sekutu saat Perang Dunia II berkecamuk di medan pertempuran Eropa.
Definisi kepemimpinan juga dipaparkan dalam sebuah artikel di situs fabjob.com, belum lama berselang. Dituliskan, sebagian besar organisasi memiliki setidaknya satu orang yang merupakan pemimpin alami. Ketika sang pemimpin sejati mengumumkan akan memimpin sebuah tim baru, karyawan berbaris untuk bergabung. Dan sewaktu dia meminta sukarelawan untuk tugas tertentu, banyak orang menyambut dengan antusias.
Ya, para karyawan berpaling padanya sebagai mentor, atau melihat dia sebagai panutan. Sementara itu, orang lain dalam organisasi lain justru berjuang untuk melakukan pekerjaan mereka dengan sumber daya manusia terlalu sedikit.
Jadi bagaimana para pemimpin alami melakukannya? Apa rahasia mereka mendapatkan orang bekerja ekstra untuk mereka? Sekalipun banyak pemimpin yang efektif secara alami kharismatik, ada sejumlah perilaku kepemimpinan yang dapat diterapkan siapa saja. Terutama, bagi pemimpin maupun calon pemimpin yang ingin memiliki dukungan lebih besar dari orang lain.
Sementara beberapa teknik kepemimpinan mungkin terdengar manipulatif, seorang pemimpin yang bijaksana mengetahui hasil terbaik datang dari orang yang memberikan dukungan mereka secara sukarela.
Banyak orang tentu ingin mengikuti seorang pemimpin yang baik. Setelah bertemu dengan pemimpin yang efektif, mereka merasa terhibur, terinspirasi, bahkan termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan bersama.
Para pemimpin yang efektif memang membuat orang lain merasa baik tentang diri sendiri maupun pekerjaan yang mereka lakukan. Pemimpin memiliki visi dan misi. Serta, dapat berkomunikasi kepada orang lain dengan cara yang membuat orang ingin menjadi bagian dari itu.
Satu hal lagi, seorang pemimpin yang baik biasanya tidak mengomunikasikan gambaran besar. Dengan demikian, setiap karyawan dapat melihat cara ia memainkan peran tertentu membuat kontribusi terhadap hasil akhir.
Dalam penelitian terbaru terhadap seluruh tingkatan karyawan di berbagai jenis perusahaan, Beverly Kaye dan Sharon Jordan-Evans, penulis Love Em or Lose Em, menemukan bahwa "pekerjaan yang bermakna, adanya perbedaan dan kontribusi" adalah salah satu atas tiga alasan yang diberikan oleh 90 persen responden. Terutama, ketika ditanya penyebab mereka bertahan di sebuah perusahaan. Adapun alasan lain adalah adanya jenjang karier, serta pekerjaan menarik dan menantang.
Ketika seseorang memahami mengapa pekerjaan yang lain mungkin dianggap remeh adalah penting, orang itu akan cenderung lebih berkomitmen baik dan lebih produktif.
Orang juga cenderung mengikuti pemimpin yang mereka lihat sebagai model peran positif. Jika seorang pemimpin menunjukkan kepercayaan yang kuat pada sesuatu, itu mengilhami orang lain untuk bekerja menuju visi pemimpin. Bahkan, ketika kondisi perusahaan di ambang kebangkrutan.
Sebuah contoh yang bagus dari seorang pemimpin yang menghadapi situasi semacam itu adalah Lee Iacocca. Ketika keuntungan perusahaan otomotif Chrysler terpuruk sekitar dekade 80-an, ia justru memangkas sendiri gajinya sehingga hanya menerima US$ 1 per tahun.
Langkah berani ini ditempuh pucuk pimpinan eksekutif Chrysler itu demi membuktikan keyakinannya bahwa keadaan akan menjadi lebih baik. Mereka melakukannya. Dan di bawah kepemimpinannya, perusahaan otomotif papan atas di Amerika Serikat itu kemudian kembali berkembang pesat--meski pada 2009 Chrysler mengumumkan mengalami kebangkrutan.
Para pemimpin yang baik tidak hanya "berjalan-jalan", mereka "bicara". Ketika mereka berbicara tentang masa depan, mereka bersikap positif dan optimistis.
Mark Victor Hansen, seorang pembicara motivasi sukses dan penulis buku, mengatakan bahwa pada awal kariernya, jika seseorang bertanya mengenai kabarnya, ia selalu menjawab bahwa yang ia lakukan adalah luar biasa. Ya, dengan antusiasme itulah, dia memenangkan banyak pendukung yang membantu membuat visinya menjadi kenyataan.
Namun, sebagian pemimpin merasa cara untuk mendapatkan dukungan dari orang lain adalah dengan memberitahu mereka tentang suatu situasi yang suram. Boleh jadi, ia berharap akan membuat mereka ingin membantu membalikkan keadaan. Sebaliknya, ada orang yang justru menginspirasi orang untuk mulai mencari pekerjaan lain, ketimbang bekerja untuk memperbaiki situasi pekerjaan mereka.
Bila Anda memiliki kecenderungan menjadi negatif, tapi ingin mengilhami orang lain untuk mendukung Anda dalam mencapai tujuan, sebaiknya fokus pada pencarian solusi alternatif.
Jika Rencana A tidak bekerja, maka Anda harus tegar menghadapinya dan bersiap dengan Rencana B. Bila perlu, Rencana C telah dipersiapkan. Dengan sikap itulah, Anda akan menarik orang-orang yang akan mendukung dalam mencapai tujuan Anda.
Selain mengomunikasikan visinya, pemimpin yang baik tahu bahwa para bawahan perlu juga mengungkapkan keinginannya, sehingga mereka dapat bekerja ekstra.
Mereka juga memahami bahwa orang yang berbeda termotivasi oleh hal yang berbeda. Untuk karyawan yang termotivasi oleh kebutuhan untuk berprestasi, pemimpin menjelaskan secara rinci tugas tersebut. Serta, menawarkan kesempatan untuk mengambil tujuan yang menantang tapi dapat dicapai.
Nah, mereka yang memiliki keinginan memimpin diberi tahu bahwa partisipasi mereka dapat membawa prestise dan membuka kesempatan lebih besar. Sementara, karyawan yang termotivasi oleh afiliasi perlu mengetahui bahwa mereka akan menjadi bagian dari sebuah tim yang bekerja bersama-sama.
Para pemimpin yang efektif juga menggunakan teknik untuk mengomunikasikan keyakinan mereka bahwa setiap anggota tim adalah penting. Termasuk, mengingat dan menggunakan nama-nama pilihan populis. Misalnya, bukan "Rick" jika seseorang lebih suka dipanggil "Richard".
Seperti diamati penulis buku Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain, Dale Carnegie. "Rata-rata orang lebih tertarik pada nama sendiri ketimbang nama-nama lain." Kuncinya, menurut Carnegie, adalah mengingat nama. Termasuk, memberikan perhatian ketika diperkenalkan kepada seseorang, mengulang nama itu, dan menggunakannya dalam percakapan.
Para pemimpin yang baik akan memperkenalkan karyawan dengan nama, bukan jabatan. Mereka merujuk kepada karyawan sebagai anggota tim, asosiasi, atau rekan. Mereka pun tidak pernah menyebut karyawan sebagai bawahan dan tidak membuat perbedaan antara staf penting dan tidak penting, atau karyawan profesional dan nonprofesional.
Kata-kata memang memiliki kekuatan, termasuk kekuatan untuk membuat orang merasa baik atau tidak penting bagi keberhasilan organisasi.
Para pemimpin yang baik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari tim dan memupuk terus kondisi kondusif, sehingga semua orang merasa penting. Tak mengherankan, bila para pemimpin sejati kemudian mendulang semua dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mencapai tujuan mereka. Jadi, Anda termasuk pemimpin sejati atau bukan?(ANS) - See more at: http://gayahidup.liputan6.com/
dari : http://gayahidup.liputan6.com/
Komentar
Posting Komentar