Apa itu haute couture alias adibusana


Ilustrasi haute couture
   
Ilustrasi haute couture

© wavebreakmedia /Shutterstock





Dalam bahasa Indonesia, Anda mungkin mengenalnya dengan istilah adibusana.
Ya, haute couture memang dapat diartikan sebagai busana eksklusif untuk perempuan yang dirancang oleh desainer terkemuka. Berikut sekelumit informasi tentang salah satu pertanyaan paling sering dicari di Google pada 2016.
Banyak orang yang memiliki pemahaman keliru. Haute couture atau adibusana, biasanya hanya dikenal sebagai pakaian yang dibuat dengan tangan. Jika demikian, syal wol hasil rajutan sendiri pun dibuat dengan tangan. Namun syal tersebut sudah pasti tak masuk dalam hitungan pakaian adibusana.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan adibusana?
Awalnya, pada tahun 1858, seorang Inggris bernama Charles Frederick Worth yang membuka sebuah rumah mode di Rue de la Paix Paris. Di sinilah ia memperkenalkan metode baru dalam dunia mode. Worth memproduksi pakaian-pakaian yang kemudian dipamerkan kepada calon-calon pembeli melalui apa yang sekarang dikenal sebagai peragaan busana.
Saat itu belum ada profesi perancang busana, yang memamerkan pakaiannya dengan menggunakan model. Ia pun menjadi orang pertama yang membubuhkan namanya sebagai merek dagang pada pakaian yang dibuatnya.
Charles Frederick Worth pun akhirnya dikenal sebagai bapak adibusana. Harper's Bazaar melansir, istilah haute couture pun resmi digunakan pada 1908 untuk pertama kalinya.
Setelah itu negara Prancis mematenkan kata tersebut sehingga tak bisa sembarang perancang mencap karyanya adalah pakaian haute couture. Istilah haute couture kemudian dilegalkan dan dilindungi oleh Chambre de commerce et d'industrie de Paris, PrancisChanel, Jean Paul Gaultier, Givenchy, Christian Dior adalah beberapa nama yang diakui sebagai jenama mode haute couture.
Haute couture berasal dari bahasa Prancis dan dibaca [ot ku'ty]. Kata ini memiliki arti teknik pembuatan pakaian dengan tangan dari awal hingga selesai. Menurut Huffington Post, biasanya haute couture juga menggunakan bahan pakaian yang tak biasa.
Setelah mendapatkan konsep dan ide kreatif, seorang perancang biasanya akan bekerja sama dengan para penjahit paling berpengalaman untuk membantunya menyelesaikan pakaian haute couture. Bahan pakaian yang dipakai pun sudah pasti menggunakan bahan berkualitas tinggi dengan harga yang mahal.
Tak hanya itu, pembuatan pakaian berteknik haute couture juga sangat menyita waktu. Pasalnya, teknik tersebut kerap kali dikerjakan manual dengan tangan. Tak heran jika memakan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan proses pembuatan busana pada umumnya.
Detailnya pun dikerjakan dengan sangat teliti dan hati-hati. Misalnya berupa pemasangan kristal, bulu-bulu, atau karya seni dari seorang pelukis yang bekerja sama dengan sang perancang. Karenanya, pakaian yang dibuat dan dinilai berteknik haute couture mendapat apresiasi tinggi dari para pegiat mode dunia. Harga jualnya pun menjadi sangat tinggi.
Sebastian Gunawan, seorang perancang busana Indonesia yang juga membuat karya haute couture, sempat mengatakan kepada CNN Indonesia, "Dilihat dari waktu pengerjaannya, tingkat kesulitannya, apakah itu full payet, full embroidery, mesti dilukis. Bisa berbanding 1:20, 1:30 atau bahkan bisa 1:100 harganya," jelasnya.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/apa-itu-haute-couture-alias-adibusana

Komentar

Postingan Populer